Sunday 12 June 2016

Sejarah Fotografi



Add caption

Lebih dari 2 juta kali sehari tombol kamera di seluruh dunia ditekan untuk mengambil foto. Ada foto keluarga yang mengabadikan kenangan bahagia, foto berita yang mencekam, gambar iklan dan busan, foto diri, gambar planet yang dipancarkan dari satelit antariksa dan lain-lain. Fungsi fotografi banyak sekali dan cara penerapan terbaru ditemukan tiap saat.

Foto pertama dibuat dengan melapisi lempeng logam yang dipelitur dengan zat kimia yang peka cahaya. Tetapi dengan cara ini gambar tampak kurang tajam, berwarna abu-abu keperak-perakan, dan hanya dapat dilihat dari sudut tertentu. Kini digunakan film selulosa (sejenis plastik) yang dapat menghasilkan foto berwarna atau hitam putih. Sebagai kemungkinan lain, foto dapat juga dibuat secara elektronis pada disket komputer. Kemudian digunakan kamera video. Foto video dapat langsung dilihat pada pesawat televisi dan dapat segera dikirimkan ke belahan bumi lainnya melalui satelit. Barangkali fotografi  masa depan hanya akan menggunakan teknologi elektonis tersebut.

Fotografi kecepatan tinggi, dengan kamera dan cahaya khusus, pemotretan dengan kecepatan tinggi dapat menampakkan gerakan yang terlalu cepat untuk dapat dilihat mata. Kilatan cahaya sebuah lampu elektronis yang menyala kurang dari sepersejuta detik, dapat menghentikan gerak benda pada kecepatan ratusan kilometer per jam. Foto gerak, atlet dapat meningkatkan teknik dengan mempelajari rangkaian foto gerakannya. Tiap kilatan dari rentetan kilatan lampu stroboskop dapat direkam melalui pemotretan kecepatan tinggi dalam selembar foto tunggal.

Lensa sudut lebar, fotografi dapat menciptakan pemandangan yang eksotis dan dramatis mengenai objek biasa. Foto yang diambil dengan lensa sudut lebar dapat mengubah objek foto untuk memberi penekanan pada ukuran dan kekuatan objeknya.

Sejarah Fotografi
Tahun 1826 seorang pria Perancis, Joseph Niepce, mengambil foto pertama. Pencahayaannya makan waktu 8 jam dan gambarnya kabur serta gelap. Tahun 1837, seorang pria Perancis lainnya,Louis Daguerre menemukan cara membuat foto yang tajam dalam beberapa menit. Dua tahun kemudian, William Fox Talbot, ilmuwan Inggris, menemukan film negatif yang memungkinkan percetakan gambar secara berulang-ulang, seperti proses fotografi sekarang.

Pemotretan close up
Fotografi makro atau pemotretan close up memperbesar bagian-bagian kecil yang hampir tidak tampak dengan mata telanjang, seperti mata seekor katak pohon yang berwarna keemasan. Orang pada potret masa lalu sering tampak gelisah dan kaku karena mereka harus tetap diam untuk beberapa menit.

Proses Fotografi
Gambar hitam putih tersusun dari jutaan partikel perak yang berwarna hitam. Partikel ini tampak dibawah mikroskop, tetapi terlalu kecil untuk mata telanjang. Apabila partikelnya banyak, maka gambar tampak gelap. Sebaliknya, jika partikelnya lebih sedikit, maka gambar tampak terang. Film dilapisi dengan zat kimia, emulsi garam perak, yang sangat peka cahaya. Ketika film dibuat, bagian belakang film yang tembus cahaya dilapisi dengan partikel garam yang menempel karena adanya lapisan tipis gelatin yang mirip selai. Karena lapisan emulsi sangat peka cahaya, maka film harus disimpan di tempat gelap. Kotak film dan kamera harus kedap cahaya. 

1.      Pencahayaan
Ketika gambar diambil, cahaya dengan cepat menembus lensa dan menyinari film. Tiap partikel perak yang disinari cahaya berubah dengan tajam. Dengan perubahan partikel-partikel itu, terekamlah sebuah gambar dengan pola yang belum tampak. Film ini harus diproses dahulu hingga gambarnya dapat dilihat.

2.     Pencuci dan pengatur/fixer film
Film dicelupkan kedalam larutan zat-zat kimia yang disebut alat pencuci film. Larutan ini mengubah partikel-partikel garam perak yang terkena penyinaran menjadi logam perak. Setelah dibilas dengan cepat di air, film diletakkan dalam larutan pengatur / fixer – larutan kimia yang melarutkan butiran garam perak yang tersembunyi. Setelah pengaturan, gambar perak hitam tertinggal untuk seterusnya pada film.

  3.     Negatif
Setelah melewati proses pencucian dan pengaturan, film digantung sampai kering. Gambar tampak dengan jelas jika film yang sudah kering dilihat pada cahaya. Tetapi gambarnya negatif  karena daerah terang dan gelap menjadi berbalik. 

4.     Pembesaran
Untuk melihat gambar dengan baik, film negatif harus dicetak dikertas foto. Artinya film di fhoto ulang pada kertas putih dalam ruang gelap yang kedap cahaya dengan memakai alat pembesar seperti kamera, alat pembesar memiliki lensa untuk menjaga agar gambar tajam. Lensa pembesar juga memperbesar negatif dengan memproyeksikan sebuah versi besar dari gambar ke atas kertas cetak. Seperti film, kertas cetak dilapisi emulsi peka cahaya, ketika pembesar dihidupkan, garam-garam perak pada emulsi mencatat pembesaran gambar dengan cara yang sama seperti film.

5.     Pencucian
Setelah disinari oleh cahaya pembesar, kertas cetak diproses dalam larutan zat kimia seperti pada film.

6.     Pencetakan
Setelah dicuci, kertas cetakan dibilas dan diletakkan mendatar sampai kering.

Film berwarna
Fotografi berwarna menjadi kenyataan karena tiap warna yang tampak dapat dibuat dengan mencampur 3 warna primer, merah, biru, hijau. Film berwarna mempunyai tiga lapisan emulsi yang peka cahaya. Tiap lapisan bereaksi terhadap salah satu dari ketiga warna primer itu. Jumlah tiap-tiap warna pada setiap bagian dari gambar terekam pada lapisan-lapisan tersebut. Setelah pemrosesan, muncullah warna-warni yang berbeda pada tiap lapisan emulsi. Gabungan warna-warni tersebut membentuk gambar berwarna.

George Eastman
Awalnya, fotografi diperuntukkan bagi para penggemar saja. Kameranya sangat besar. Untuk pemotretan, fotografer harus membawa pelat kaca sendiri dan memprosesnya dengan menggunakan zat-zat kimia yang basah. Tahun 1888, George Eastman dari Amerika menemukan kamera yang disebut kodak. Kamera ini jauh lebih kecil dan ringan serta telah terisi gulungan (rol) film, pengganti pelat. Pemotretan gambar menjadi begitu mudah hingga jutaan orang bisa belajar fotografi.

No comments:

Post a Comment