Namanya
melekat pada
dunia pendidikan Indonesia. Itulah Ki Hajar Dewantara, perintis pendidikan
nasional Indonesia. Setiap tanggal 2 Mei kita merayakan Hari Pendidikan
Nasional. Tanggal ini adalah tanggal lahir Ki Hajar Dewantara. Kini jejaknya
dapat kita lihat di seluruh tanah air, yakni perguruan Taman Siswa. Dewantara menerapkan
suatu sistem pendidikan yang dijiwai prinsip-prinsip Tut Wuri Handayani (dibelakang, memberi semangat), ing madia mangunkarsa (ditengah, membangun motivasi) dan ing ngarsa sung tulada (didepan, memberi teladan).
Cita-cita
dan prinsip pendidikannya dapat kita lihat dalam Dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah (UU No. 4/1950). Atas
jasanya di bidang pendidikan, Universitas Gajah Mada menganugerahinya gelar doktor honoris causa. Sebagai salah satu
tokoh politik, ia menjadi salah satu tonggak utama pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Selama 4 tahun ia harus tinggal di pembuangan (Belanda) karena di
anggap memicu gerakan revolusioner menentang Belanda. Tapi di pembuangan pun ia
masih sempat menuntut ilmu hingga meraih ijazah guru (Middlebare Acte).
Ki Hajar Dewantara |
Dunia pers pernah juga di geluti nya. Ada puluhan
harian dan majalah yang pernah menjadi saluran perjuangannya di bidang
pendidikan dan pergerakan kemerdekaan. Secara anumerta ia pernah diangkat
sebagai Ketua Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan mendapat
anugerah Perintis Pers Indonesia.
Taman Siswa
Meskipun
mendapat tantangan dari penguasa Belanda maupun Jepang pada masa perang dunia
II, tekad Ki Hajar Dewantara untuk mencerdaskan generasi muda tidak pernah
padam. Perguruan Taman Siswa kini tumbuh subur di tanah air dan menjadi salah
satu yang terbesar di Indonesia. Perguruan itu berawal dari sebuah taman
kanak-kanak yang didirikan Ki Hajar Dewantaran pada tanggal 3 Juli 1922.
Tiga Serangkai
Bersama
dengan pahlawan nasional Douwes Dekker ( 1879-1950 ) dan pahlawan pergerakan kebangsaan
dr. Cipto Mangunkusumo ( 1886-1943 ), Ki Hajar Dewantara mendirikan partai
revolusioner, indische partij, pada tanggal 25 Desember 1912. Ketiga tokoh
pimpinan partai ini dikenal dengan nama “tiga serangkai”. Ketiganya diasingkan
ke Belanda. Tetapi di pengasingan pun mereka tetap melancarkan perjuangan
politik melalui tulisan di surat kabar Belanda.
Empat Serangkai
Pada
masa Jepang (1942), Ki Hajar Dewantara bersama Ir. Soekarno, DR. Mohammad Hatta
dan Kiai Haji Mas Mansur (1896-1946) memimpin pusat tenaga rakyat (Putera) ,
himpunan semua organisasi, perkumpulan dan partai yang ada ketika itu. Keempat pemimpin
ini terkenal dengan nama “Empat Serangkai”. Putera bubar pada tahun 1944. Ki
Hajar Dewantara diangkat oleh Jepang menjadi anggota Kantor Urusan Pengajaran
dan Pendidikan. Setelah Proklamasi Kmerdekaan (1945), ia menjadi menteri
pengajaran.
Biografi Ki Hajar Dewantara
·
1889 Lahir di Yogyakarta
·
1912 Mendirikan Indische Partij
·
1913 diasingkan ke Belanda
·
1915 Meraih ijazah guru (Middlebare Acte)
·
1918 Mendirikan kantor berita Indonesische Persbureau di Belanda
·
1919 kembali ketanah air
·
1921 Menjadi guru di perguruan Adhi Dharmo
·
1922 Mendirikan Perguruan Taman Siswa
·
1942 Memimpin Putera
·
1946 Ketua Panitia Penyelidik Pengajaran
·
1959 Wafat di Yogyakarta, lalu diangkat secara
anumerta sebagai Ketua Kehormatan PWI dan dianugerahi gelar pahlawan Kemerdekaan
Nasional
·
1976 Dianugerahi tanda jasa Perintis Pers
Indonesia
No comments:
Post a Comment