|
Add caption |
Lebih
dari 2 juta kali sehari tombol kamera di seluruh dunia ditekan untuk mengambil
foto. Ada foto keluarga yang mengabadikan kenangan bahagia, foto berita yang
mencekam, gambar iklan dan busan, foto diri, gambar planet yang dipancarkan
dari satelit antariksa dan lain-lain. Fungsi fotografi banyak sekali dan cara
penerapan terbaru ditemukan tiap saat.
Foto
pertama dibuat dengan melapisi lempeng logam yang dipelitur dengan zat kimia
yang peka cahaya. Tetapi dengan cara ini gambar tampak kurang tajam, berwarna
abu-abu keperak-perakan, dan hanya dapat dilihat dari sudut tertentu. Kini
digunakan film selulosa (sejenis plastik) yang dapat menghasilkan foto berwarna
atau hitam putih. Sebagai kemungkinan lain, foto dapat juga dibuat secara
elektronis pada disket komputer. Kemudian digunakan kamera video. Foto video
dapat langsung dilihat pada pesawat televisi dan dapat segera dikirimkan ke
belahan bumi lainnya melalui satelit. Barangkali fotografi masa depan hanya akan menggunakan teknologi
elektonis tersebut.
Fotografi
kecepatan tinggi, dengan kamera dan cahaya khusus, pemotretan dengan kecepatan
tinggi dapat menampakkan gerakan yang terlalu cepat untuk dapat dilihat mata.
Kilatan cahaya sebuah lampu elektronis yang menyala kurang dari sepersejuta detik,
dapat menghentikan gerak benda pada kecepatan ratusan kilometer per jam. Foto
gerak, atlet dapat meningkatkan teknik dengan mempelajari rangkaian foto
gerakannya. Tiap kilatan dari rentetan kilatan lampu stroboskop dapat direkam
melalui pemotretan kecepatan tinggi dalam selembar foto tunggal.
Lensa
sudut lebar, fotografi dapat menciptakan pemandangan yang eksotis dan dramatis
mengenai objek biasa. Foto yang diambil dengan lensa sudut lebar dapat mengubah
objek foto untuk memberi penekanan pada ukuran dan kekuatan objeknya.
Sejarah Fotografi
Tahun
1826 seorang pria Perancis, Joseph Niepce, mengambil foto pertama.
Pencahayaannya makan waktu 8 jam dan gambarnya kabur serta gelap. Tahun 1837,
seorang pria Perancis lainnya,Louis Daguerre menemukan cara membuat foto yang
tajam dalam beberapa menit. Dua tahun kemudian, William Fox Talbot, ilmuwan
Inggris, menemukan film negatif yang memungkinkan percetakan gambar secara
berulang-ulang, seperti proses fotografi sekarang.
Pemotretan close up
Fotografi
makro atau pemotretan close up
memperbesar bagian-bagian kecil yang hampir tidak tampak dengan mata telanjang,
seperti mata seekor katak pohon yang berwarna keemasan. Orang pada potret masa
lalu sering tampak gelisah dan kaku karena mereka harus tetap diam untuk beberapa
menit.
Proses Fotografi
Gambar
hitam putih tersusun dari jutaan partikel perak yang berwarna hitam. Partikel
ini tampak dibawah mikroskop, tetapi terlalu kecil untuk mata telanjang.
Apabila partikelnya banyak, maka gambar tampak gelap. Sebaliknya, jika
partikelnya lebih sedikit, maka gambar tampak terang. Film dilapisi dengan zat
kimia, emulsi garam perak, yang sangat peka cahaya. Ketika film dibuat, bagian
belakang film yang tembus cahaya dilapisi dengan partikel garam yang menempel
karena adanya lapisan tipis gelatin yang mirip selai. Karena lapisan emulsi
sangat peka cahaya, maka film harus disimpan di tempat gelap. Kotak film dan
kamera harus kedap cahaya.
1.
Pencahayaan
Ketika
gambar diambil, cahaya dengan cepat menembus lensa dan menyinari film. Tiap
partikel perak yang disinari cahaya berubah dengan tajam. Dengan perubahan
partikel-partikel itu, terekamlah sebuah gambar dengan pola yang belum tampak.
Film ini harus diproses dahulu hingga gambarnya dapat dilihat.
2.
Pencuci
dan pengatur/fixer film
Film dicelupkan kedalam
larutan zat-zat kimia yang disebut alat pencuci film. Larutan ini mengubah
partikel-partikel garam perak yang terkena penyinaran menjadi logam perak.
Setelah dibilas dengan cepat di air, film diletakkan dalam larutan pengatur /
fixer – larutan kimia yang melarutkan butiran garam perak yang tersembunyi.
Setelah pengaturan, gambar perak hitam tertinggal untuk seterusnya pada film.
3.
Negatif
Setelah
melewati proses pencucian dan pengaturan, film digantung sampai kering. Gambar tampak
dengan jelas jika film yang sudah kering dilihat pada cahaya. Tetapi gambarnya
negatif karena daerah terang dan gelap
menjadi berbalik.
4.
Pembesaran
Untuk
melihat gambar dengan baik, film negatif harus dicetak dikertas foto. Artinya
film di fhoto ulang pada kertas putih dalam ruang gelap yang kedap cahaya
dengan memakai alat pembesar seperti kamera, alat pembesar memiliki lensa untuk
menjaga agar gambar tajam. Lensa pembesar juga memperbesar negatif dengan
memproyeksikan sebuah versi besar dari gambar ke atas kertas cetak. Seperti
film, kertas cetak dilapisi emulsi peka cahaya, ketika pembesar dihidupkan,
garam-garam perak pada emulsi mencatat pembesaran gambar dengan cara yang sama
seperti film.
5.
Pencucian
Setelah
disinari oleh cahaya pembesar, kertas cetak diproses dalam larutan zat kimia
seperti pada film.
6.
Pencetakan
Setelah
dicuci, kertas cetakan dibilas dan diletakkan mendatar sampai kering.
Film berwarna
Fotografi
berwarna menjadi kenyataan karena tiap warna yang tampak dapat dibuat dengan
mencampur 3 warna primer, merah, biru, hijau. Film berwarna mempunyai tiga
lapisan emulsi yang peka cahaya. Tiap lapisan bereaksi terhadap salah satu dari
ketiga warna primer itu. Jumlah tiap-tiap warna pada setiap bagian dari gambar
terekam pada lapisan-lapisan tersebut. Setelah pemrosesan, muncullah
warna-warni yang berbeda pada tiap lapisan emulsi. Gabungan warna-warni
tersebut membentuk gambar berwarna.
George Eastman
Awalnya,
fotografi diperuntukkan bagi para penggemar saja. Kameranya sangat besar. Untuk
pemotretan, fotografer harus membawa pelat kaca sendiri dan memprosesnya dengan
menggunakan zat-zat kimia yang basah. Tahun 1888, George Eastman dari Amerika
menemukan kamera yang disebut kodak.
Kamera ini jauh lebih kecil dan ringan serta telah terisi gulungan (rol) film,
pengganti pelat. Pemotretan gambar menjadi begitu mudah hingga jutaan orang
bisa belajar fotografi.
Belum ada tanggapan untuk "Sejarah Fotografi"
Post a Comment